Searching...
Selasa, 31 Desember 2013

Perkembangan Psikososial Dewasa dan Usia Lanjut


1.      Tahap Keintiman dan Isolasi
 
Tahap ini dimulai sekitar umur 20-24 tahun yaitu masa awal dewasa. perkembangan psikososial keenam yang dialami individu selama tahun-tahun awal masa dewasa. Jika pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok sebayanya, maka tugas perkembangan individu pada masa ini adalah membentuk relasi intim dengan orang lain. Menurut Erikson, keintiman tersebut biasanya menuntut perkembangan seksual yang mengarah pada hubungan seksual dengan lawan jenis yang dicintai. Bahaya dari tidak tercapainya keintiman selama tahap ini adalah isolasi, yakni kecenderungan menghindari berhubungan secara intim dengan orang lain, kecuali dalam lingkup yang amat terbatas.

Keintiman dapat diartikan sebagai suatu kemampuan memperhatikan orang lain dan membagi pengalaman dengan mereka. Orang yang tidak dapat mejalin hubungan intim dengan orang lain akan terisolasi, menurut Erikson, pembentukan hubungan intim ini merupakan tantangan utama yang dihadapi oleh orang yang memasuki masa dewasa. Pada masa dewasa ini, orang-orang telah siap dan ingin menyatukan identitasnya dengan orang lain. Mereka menambakan hubungan-hubungan yang intim dan akrab dilandasi dengan persaudaraan, serta siap mengembangkan daya-daya yang dibutuhkan untuk memenuhi komitmen sekalipun mungkin mereka harus berkorban untuk itu. Dalam suatu studi ditunjukkan bahwa hubungan intim mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan psikologis dan fisik seseorang, Orang-orang yang mempunyai tempat untuk berbagi ide, perasaaan dan masalah, mereka lebih bahagia dan lebih sehat dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki tempat untuk berbagi.

Oleh sebab itu, kecenderungan antara keintiman dan isolasi harus berjalan dengan seimbang guna memperoleh nilai yang positif yaitu cinta. Dalam konteks teorinya, cinta berarti kemampuan untuk mengenyampingkan segala bentuk perbedaan dan keangkuhan lewat rasa saling membutuhkan. Wilayah cinta yang dimaksudkan disini tidak hanya mencakup hubungan dengan kekasih namun juga hubungan dengan orang tua, tetangga, sahabat, dan lain-lain.[1]

2.      Tahap Generativitas dan Stagnasi
 
Tahap ini merupakan tahap psikososial ketujuh yang dialami individu selama pertengahan masa dewasa (dewasa madya) yaitu pada usia 30 sampai 60 tahun. Ciri utama tahap generativitas adalah perhatian terhadap apa yang dihasilkan (keturunan, ide-ide, dan sebagainya) serta pembentukan dan penetapan garis-garis pedoman untuk generasi mendatang. Kepedulian seseorang terhadap pengembangan generasi muda inilah yang diistilah oleh Erikson dengan “generativitas”. Apabila generativitas ini lemah atau tidak diungkapkan, maka kepribadian akan mundur, mengalami pemiskinan dan stagnasi http://blog.uin-malang.ac.id/riiva/2012/05/03/ppd-teori-perkembangan-psikososial-erikson/ - _ftn21.[2]

Masa Dewasa (Adulthood) ditandai adanya kecenderungan generativity-stagnation. Sesuai dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat. Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu sangat luas, tetapi dia tidak mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan kecakapan, sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas. Untuk mengerjakan atau mencapai hal–hal tertentu ia mengalami hambatan.

Maladaptif yang kuat akan menimbulkan sikap terlalu peduli, sehingga mereka tidak punya waktu untuk mengurus diri sendiri. Selain itu malignansi yang ada adalah penolakan, di mana seseorang tidak dapat berperan secara baik dalam lingkungan kehidupannya akibat dari semua itu kehadirannya ditengah-tengah area kehiduannya kurang mendapat sambutan yang baik.

3.      Tahap Integritas dan Keputusasaan
 
Tahap ini merupakan tahap kedelapan yang dialami individu selama akhir masa dewasa. Integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda, orang-orang, produk-produk dan ide-ide serta setelah berhasil melakukan penyesuaian diri dengan berbagai keberhasilan dan kegagalan dalam kehidupannya. Integritas terjadi pada tahun-tahun terakhir kehidupannya menoleh ke belakang dan mengevaluasi apa yang telah dilakukan dalam hidupnya selama ini, menerima dan menyesuaikan diri dengan keberhasilan, dan kegagalan yang dialaminya, merasa aman dan tentram, serta menikmati hidup sebagai yang berharga dan layak.

Lawan dari integritas adalah keputus asaan tertentu dalam menghadapi perubahan-perubahan siklus kehidupan individu, terhadap kondisi-kondisi sosial dan historis, ditambah dengan kefanaan hidup menjelang kematian. Kondisi ini dapat memperburuk perasaaan bahwa kehidupan ini tidak berarti, bahwa ajal sudah dekat dan ketakutan akan kematian. Seseorang yang berhasil menangani masalah yang timbul pada setiap tahap kehidupan sebelumnya, maka dia akan mendapatkan perasaan yang utuh atau integritas. Sebaliknya, seseorang tua yang meninjau kembali terhadap kehidupannya silam dengan penuh penyesalan,  menilai kehidupan sebagai suatu rangkaian hilangnya kesemapatan dan kegagalan, maka pada tahun-tahun akhir kehidupan ini merupakan tahun-tahun yang penuh dengan keputusasaan.[3]


[1] Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya: 2005) hlm., 244
[2] Ibid., hlm. 250
[3] Ibid., hlm., 254


Mazharuddin Aufa,
Mahasiswa PAI UIN Sunan Kalijaga Asal Kabupaten Kudus Dan Penghuni Camp KKY

0 komentar:

 
Back to top!