Searching...
Senin, 06 November 2017

KELINGAN NALIKO MBIEN NYOLONG DUREN oleh Kang Teguh



Bulan November 2017 adalah bulan dimana banyak buah-buah yang mulai menghiasi pinggiran jalan, seperti rambutan, mangga, dan durian. Buah-buahan ini diperjualbelikan oleh para pedagang yang umumnya adalah pedagang musiman. Pedagang musiman ini mendapatkan pasokan buah-buahan dari para tengkulak kemudian dijual di pasaran.

Di kabupaten Kudus sendiri, utamanya Kecamatan Dawe dikenal sebagai pusat atau sentra buah-buahan terutama buah rambutan dan durian. Saat ini di wilayah Desa Margorejo Kecamatan Dawe banyak sekali pedagang yang mendirikan stand untuk menjual hasil kebunnya. Pedagang di wilayah tersebut umumnya hanya menjual hasil kebunnya, bahkan hampir setiap rumah di pinggir jalan menjual hasil kebunnya. Ada yang menjual rambutan, ada yang menjual durian, dan ada pula yang menjual kedua macam buah tersebut pada musimnya.

Buah-buahan yang dijual memiliki harga yang relatif sama. Buah rambutan umumnya dijual kisaran harga ..... satu ikatnya, sedangkan untuk buah durian dijual dengan harga kisaran ..... . Harga penjualan tersebut tergantung pada kualitas, jenis, dan kondisi buah yang dijual. Tidak heran jika ditemui buah rambutan atau durian dengan harga yang sangat murah disana.

Selain dijual secara langsung, banyak juga tengkulak yang datang untuk membeli buah-buahan disana. Hal ini dikarenakan harga jual yang ditawarkan disana lebih murah daripada harga jual di tempat lain.

Berangkat dari hal inilah kawasan Desa Margorejo dan sekitarnya khususnya Kecamatan Dawe memiliki potensi yang cukup besar dari hasil pertanian warganya. Pemerintah sudah selayaknya memberikan perhatian khusus yang intens terhadap potensi daerah ini. Jika kita lihat bersama, warga di wilayah Kudus bagian utara banyak yang hidup hanya dari hasil bertani atau bercocok tanam saja. Mereka masih sangat kurang dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi. Mereka belum mampu memanfaat IPTEK secara maksimal. Dalam hal ini, Pemerintah Kabupaten Kudus dirasa perlu melakukan upaya untuk memberikan wawasan pemanfaatan IPTEK atau semacamnya kepada warga disana. 

Ketika mendengar sekarang adalah musim durian, penulis kelingan naliko mbien nyolong duren (teringat ketika dulu mencuri durian). Pernah suatu hari penulis bersama sahabat penulis bermain ke sawah, dulu ketika masih berseragam putih biru penulis memang hampir setiap hari bermain ke sawah. Saat itu tepat pada musim durian, penulis dan sahabat ngarit bareng (mencari rumput) untuk memberi makan kambing milik sahabat penulis. Penulis dan sahabat mencari spot yang banyak rumputnya, bukan suket teki lho ya wkwkwk. Berjalan naik turun menyusuri sungai dengan iringan kicau burung yang membuat suasana terasa sangat menyenangkan. Namun, kini penulis menangis karena kicau burung yang dulu mengiringi langkah penulis dan sahabat mulai sepi berkicau.

Penulis dan sahabat terus berjalan mencari rumput, akhirnya sampailah di tempat yang penulis dan sahabat cari. Tempat yang terdapat banyak rumput, dan tempatnya adem karena tepat di bawah pohon durian. Di tempat itu penulis dan sahabat mulai ngarit, sedikit demi sedikit rumput mulai terkumpul dan dimasukkan ke dalam karung. Belum sampai karung terisi penuh, sahabat penulis mencium bau yang tak asing. Sahabat penulis berkata “hm.. mambu duren mateng, ayo diluru!!”. Seketika penulis dan sahabat bergegas mencari durian yang baunya sudah kemana-mana. Kemana.. kemana.. kemana.. alamat palsu. Santai lur, ojo sepaneng xixixi. Sampai akhirnya penulis mengetahui keberadaan sumber dari bau yang wanginya menyengat itu. Di atas pohon durian, masih terikat tali rafia. Tanpa berpikir dan menunggu lama, sahabat penulis pun langsung bergegas memanjat pohon dan mengambil durian tersebut.

Akhirnya penulis dan sahabat berhasil mendapatkan durian tersebut. Setelah durian dijatuhkan oleh sahabat, penulis langsung memasukkan durian tersebut ke dalam karung. Penulis dan sahabat langsung bergegas pergi dari tempat itu, dan membawa durian curian itu ke tepi sungai sembari beristirahat.

Sesampainya di sungai, penulis dan sahabat langsung membelah durian itu. Penulis berkata “diparo ben adil”. Ternyata rasanya enak lur wkwkwk. Selesai menyantap hasil curian, pencuri eh penulis dan sahabat beranjak pulang untuk memberi makan kambing yang sudah menanti.

Keesokan harinya, penulis merasakan ada yang tidak beres dengan perut penulis yang terasa panas dan badan pun terasa lemas. Penulis saat itu hanya bisa terbaring di kasur dengan memegang perut yang kesakitan. Sore harinya, penulis berinisiatif untuk berobat ke mantri terdekat. Seketika penulis kaget, ternyata sahabat penulis sudah duduk di kursi antrian ditemani Bapaknya. Disitu penulis tahu kalau sahabat penulis juga sakit.

Semenjak kejadian itu, penulis dan sahabat kapok tidak mau mengulangi lagi mencuri buah durian sembarangan tanpa ijin pemiliknya. Lucunya setelah kejadian itu sahabat penulis berkata “wah durene Pak Parjo iku ono santete, sesuk ojo jupuk ning kono neh. Pindah gone Pak Nasuha ae.”

Jadi intinya, jadilah anak yang berbakti kepada orang tua, rajin belajar, sopan santun, dan jangan sesekali seperti penulis yang khilaf wkwkwk.

Sekian cerita ngawur yang dapat penulis celotehkan, apabila ada perkataan yang menusuk di hati mohon dimaafkan. Wassalamu’alaikum..

0 komentar:

 
Back to top!