Searching...
Minggu, 26 November 2017

Simbok yang berjasa

https://pixabay.com/id/kakek-nenek-nenek-orang-tua-2505620/
Ilham Damar Wahyu - Sering sekali saya bermain ke rumah teman yang saya anggap dekat dan kebetulan dirumah tersebut mempunyai pembantu rumah tangga. Pasti yang pertama kali saya temui adalah “SIMBOK” yang selalu membuka pintu rumah untuk saya. Simbok umurnya lebih dari setengah abad tersebut tersenyum lebar dan menyambutku dengan baik. Sejujurnya sejak SMA ada beberapa pertanyaan yang terbesit dikepalaku mengapa SIMBOK dengan umur amat tua itu masih dipekerjakan, tapi setelah lama kelamaan kufikir pasti alasannya tak lain karena faktor ekonomi. Tapi tidak sampai disitu saja, saya berharap mendapatkan jawaban dari kacamata lain, lalu kuberanikan bertanya kepada ayah teman saya ”mengapa simbok masih dipekerjakan dengan umur yang seharusnya sudah beristirahat dirumah?” lalu ayah teman saya menjawab dengan nada enteng dan bangga “ya simbok sudah berpuluh-puluh tahun tinggal disini, simbok itu setia, sudah kita anggap seperti keluarga sendiri”. Dari percakapan tersebut dapat dilihat adanya unsur kedekatan satu sama lain sehingga enggan untuk menggantikan simbok dengan yang lain.

Dilain hari saya tak sengaja mendengar ibu-ibu di warung kelontong yang inti pembicaraannya ”Cari pembantu sekarang susah” atau ada lagi yang bilang “nyari pembantu yang jujur itu sulit”. Sempatku bertanya-tanya pada diriku sendiri apa iya lapangan pekerjaan sudah tersedia banyak sehingga minat untuk menjadi pembantu mengurang? Ah tidak juga, buktinya tetangga saya sendiri masih banyak yang menganggur. Mengapa beberapa pembantu yang muda memilih untuk tidak jujur kepada majikannya? Apa iya mereka melakukan itu karena tidak ada tunjangan gaji, jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua mereka? Banyaknya pembantu rumah tangga yang bekerja tanpa adanya jam kerja juga termasuk salah satu faktor yang mereka anggap gaji mereka tak sesuai apa yang dikerjakan mereka sehingga tak sedikit mereka memilih jalan untuk curang.

Karena munculnya stigma-stigma pembantu yang jujur sulit ditemukan, maka muncullah suatu anggapan pembantu rumah tangga lebih baik yang sudah berumur, anggapan itu muncul karena pembantu rumah tangga yang sudah berumur dianggap tidak neko-neko, jujur, tidak banyak menuntut, tidak sering pulang kampung sebab pembantu rumah tangga muda akan lebih banyak pulang karena menikah atau menemui anaknya yang masih kecil sehingga pembantu rumah tangga yang berumur mudah sekali untuk dianggap sebagai keluarga sendiri karena jarang pulang kampung. Tapi jika pembantu muda dinilai banyak maunya apakah salah untuk menyamakan mereka dengan pembantu tua? bukanlah mereka sama-sama bergelut di bidang pekerjaan yang serupa dan mereka sama-sama mempunyai kebutuhan . Kalaupun kita memilih pembantu rumah tangga tua, itu merupakan hak kita tapi alangkah baiknya kita pemperlakukan jam kerja untuk pembantu kita apalagi beliau sudah berumur, dan alangkah baiknya kita menjamin kesehatan mereka, tunjangan mereka,  tidak hanya menjamin makan mereka. Sebenarnya tua ataupun muda itu tidak ada bedanya, jika kita memperlakukan mereka adil dan memenuhi apa yang mereka butuhkan itu akan lebih menjadikan mereka nyaman bekerja dengan kita, karena kita sebagai majikan harus memikirkan dan memenuhi kebutuhan mereka, jadi itulah tugas kita yang wajib kita lakukan untuk timbal balik kepada mereka.

0 komentar:

 
Back to top!