Searching...
Selasa, 28 Februari 2017

Impian Kota yang Ramah Anak

Oleh : Ma'ruf Hidayat
Pada masa dewasa ini dengan negri ini penuh dengan gejolak isu yang sangat banyak menyita perhatian publik. Dengan terpaan isu yang akan bangkitnya PKI, serbuan pekerja dari cina bahkan dengan isu Agama yang sangat sensitif di ungkapkan. Sebagai masyarakat awam yang belum banyak mengenal tentang siapa yang benar dan dampak dari apa ini.
Kebanyakan pemimpin memberi visi dan misi bahkan janji yang ingin mengembangkan pembangunan kota yang membuat rakyat sejahtera. Namun ada yang di lupakan dari kepala daerah untuk menciptakan kota yang ramah untuk anak. Karena asset bagi bangsa yang menjadi generasi penerus untuk melanjutkan impian wujud kemerdekaan yang sebenarnya. Jika kota yang ditinggali anak memberi tempat bermain yang dapat memberikan wadah keinginan terhadap anak dan mendukung semua yang anak inginkan akan memberi dampak generasi yang akan mencintai bahkan peduli terhadap kotanya sendiri. Jika kota yang mereka tinggali saja tidak memberi fasilitas yang mendukung pada anak, kapan akan anak dapat mencintai bahkan peduli dengan kota dan lingkungannya.
Maslow meberikan teori yang di namakan hirarki kebutuhan: kebutuhan fisiologis, rasa aman, cinta dan rindu, harga diri dan kebutuhan untuk aktualisasi diri.
Dengan akan terpenuhinya semua itu di sebuah kota maka sangat mungkin memberi dampak yang sangat baik untuk perkembangan anak. Semua itu akan terpenuhi jika semua masyarakat memberi perhatian lebih terhadap kota dan lingkungan, dengan adanya dukungan dari masyarakat maka sistem dikota harus di kelola dan disusun dengan tepat bedasarkan data yang tepat bukan dengan asumsi sepihak dari para pemimpin kota. Kita coba lihat dengan kota bandung yang sudah menjadi percontohan nasional mengenai kota yang ramah anak. Dengan memberikan fasilitas untuk anak,  yang memadai untuk tumbuh kembangnya dengan memperhatikan aktualisasi anak itu. Ada tiga kebutuhan yang mendasar yang dapat memberi fasilitas mengenai kebutuhan anak (kota yang memilki museum yang gratis, pertunjukan seni budaya anak, tempat bermain yang memadai)
Psikologi bandung pernah mengatakan; bermain bagi anak itu seperti bekerja bagi orang dewasa, kalau orang dewasa bekerja delapan jam perhari, maka sebanyak itulah anak bermain. Dengan demikian Kota Kudus sangat berhak bahkan harus mengembangkan kota yang ramah terhadap anak lantaran banyaknya pabrik dan gudang yang memakan lahan bermain anak. Maka harus di imbangi dengan adanya ruang yang mencakup semua kebutuhan anak yang paling mendasar. Penulis sangat sepakat dan mendukung dengan adanya museum yang gratis bagi anak-anak sekolah, bila perlu menambah keberadaan museum di Kota Kudus. Untuk mendukung semangat bela Negara, tempat-tempat bermain anak atau berkumpulnya anak di beri sebuah ciri Negara Indonesia atau pahlawan. Bukan hanya tempat-tempat outdoor yang di tambah dan di ciptakan untuk memenuhi kebutuhan anak tapi juga tempat sekolah bahkan di rumah anak itu berada.
Terciptanya tempat-tempat yang ramah anak akan di barengi dengan kesadaran para orang-orang dewasa yang ada disekitar anak. Anak itu bukan orang dewasa mini tapi memang anak itu bebeda dengan orang dewasa, jadi jangan memperlakuka anak seperti orang dewasa. Selain kota Bandung sudah menjadi percontohan ada juga kota solo yang sudah sejak 2006 merintis terciptanya kota yang ramah anak dengan membuat kebijakan-kebijakan yang mementingkan anak, sudah banyak UU yang memberi perlindungan terhadap anak seperti No 23/ 2002. Pasal 11. Kota solo juga mengembangkan rumah sakit yang memberi ruang tunggu terhadap anak dengan dilengkapi permainan. Dulu pernah penulis pada usia anak daerah pedesaan itu cukup untuk bermain dengan luasnya lahan dan pepohonan yang masih menutupi. Seperti area persawahan yang bisa dijadikan tempat bermain layang-layang, atau sekedar melihat hijaunya padi beserta hewan yang ada di dalamnya, namun dengan bertambahnya area pabrik atau bahkan tempat pendidikan yang dibangun di pedesaan itu memakan lahan bermain anak. Untuk itu lembaga pendidikan itu harus ada tempat yang bisa dijadikan anak untk berkumpul dan bermain, seperti lapangan sepak bola, atau panggung untuk penampilan seni dan budaya yang bisa tampilkan anak. Sebagai anak akan dapat terwadahi keinginannya untuk bermain juga belajar dengan teman-teman tak lagi melulu berdim di depan laptop atau game online. Pernah sebuah cerita ketika anak lebih banyak bermain di area outdoor akan lebih kreatif.

0 komentar:

 
Back to top!