Kudus terkenal akan kereligiusannya
Maka dari itu, otak harus harus berfikir kreatif
Maka dari itu, otak harus harus berfikir kreatif
www.antarafoto.com |
Pesta demokrasi yang akan menghiasi dunia Kudus akan semakin menarik ketika lima orang besar akan maju dan bersaing merebutkan kursi kepemerintahan di kota yang terkenal akan julukan kota industri dan kuliner. Banyaknya peserta cabup dan cawabup menunjukkan akan identitas sosial kemasyarakatan akan minatnya dalam menduduki kursi kepemerintahan. Politik memang selalu menjadi icon penguasaan sosial serta bentuk kerja sama menjadi pesta demokrasi menjadi solusi alternatif bagi semua dunia kerja dan usaha.
Terhitung mulai dunia pendidikan. Pendidikan kadang menjadi jurus jitu untuk menjadi salah satu daya tarik visi – misi mereka, sehingga pendidikan akhir – akhir ini menjadi korban politik. Padahal pendidikan sudah jelas dan terang mempunyai kebijakan tersendiri. Kedua, dunia ekonomi. Memang ekonomi dasar pokok kehidupan manusia di dunia. Namun, nyatanya masih banyak para calon politikus menyebar benih untuk mendapatkan massa. Belum lagi dunia pertanian dan pekerjaan.
Sungguh ironis memang, ketika semua dapat di manfaatkan menjadi agen politik. Seharusnya ini menjadi pekerjaan penting di masa ketika sudah menduduki kursi kepemerintahan. Bukan malah menjadi solusi alternatif mencari massa. Negara butuh perubahan, begitu pula dengan Kudus. Kudus bukan untuk dipermainkan. Namun, Kudus perlu di benahi dan di jaga baik dalam hal budaya, kultur dan humanisme serta tatanan sosial.
Kudus terkenal akan kereligiusannya. Maka dari itu, otak harus harus berfikir kreatif. Mana yang baik dan buruk harus di fikir secara rasionalis dan penuh pertimbangan. Ini menjadi pemikiran kita bersama, bahwa memilih tidak harus asal memilih. Memilih harus memikirkan pertimbangan matang. Bukan karena bujukan atau rayuan, apalagi money politic yang berdalih bahwa uang ini sebagai ganti karena sudah mau meluangkan waktu untuk mencoblos ke KPU.
Jika salah satu Cabup dan Cawabup Kudus masih mempunyai pemikirian dan ide konyol seperti itu, berarti dari awal sudah tidak mengajari tentang makna kejujuran. Justru mengajarkan kepada orang – orang untuk tidak maju dalam berfikir dan semakin bodoh. Memilih pemimpin itu susah, bukan di tentukan karena banyaknya uang. Namun di lihat dari kepribadiannya, kesehariannya, riwayat hidupnya hingga dunia sosialnya dan organisasinya.
Kadang itupun tidak menjamin bagusnya dalam menjalani tugasnya. Inilah yang kadang menjadi sebuah dilema besar. Pada akhirnya, memang tiada manusia yang sempurna. Pemimpin juga manusia, salah dan khilaf itupun pasti ada. Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata. Namun, harapannya di masa mendatang.
Siapapun Cabup dan Cawabup yang akan terpilih untuk menjadi bupati kudus mendatang, semoga bisa menjalankan tugasnya dengan baik dan benar serta membawa perubahan besar yang lebih baik untuk kudus khususnya. Terutama selalu mendukung kegiatan Keluarga Kudus Yogyakarta saat mempunyai kegiatan untuk merubah kudus menjadi lebih baik karena pelajar kudus siap axis dan berprestasi guna membanggakan kota kelahiran.
Sungguh ironis memang, ketika semua dapat di manfaatkan menjadi agen politik. Seharusnya ini menjadi pekerjaan penting di masa ketika sudah menduduki kursi kepemerintahan. Bukan malah menjadi solusi alternatif mencari massa. Negara butuh perubahan, begitu pula dengan Kudus. Kudus bukan untuk dipermainkan. Namun, Kudus perlu di benahi dan di jaga baik dalam hal budaya, kultur dan humanisme serta tatanan sosial.
Kudus terkenal akan kereligiusannya. Maka dari itu, otak harus harus berfikir kreatif. Mana yang baik dan buruk harus di fikir secara rasionalis dan penuh pertimbangan. Ini menjadi pemikiran kita bersama, bahwa memilih tidak harus asal memilih. Memilih harus memikirkan pertimbangan matang. Bukan karena bujukan atau rayuan, apalagi money politic yang berdalih bahwa uang ini sebagai ganti karena sudah mau meluangkan waktu untuk mencoblos ke KPU.
Jika salah satu Cabup dan Cawabup Kudus masih mempunyai pemikirian dan ide konyol seperti itu, berarti dari awal sudah tidak mengajari tentang makna kejujuran. Justru mengajarkan kepada orang – orang untuk tidak maju dalam berfikir dan semakin bodoh. Memilih pemimpin itu susah, bukan di tentukan karena banyaknya uang. Namun di lihat dari kepribadiannya, kesehariannya, riwayat hidupnya hingga dunia sosialnya dan organisasinya.
Kadang itupun tidak menjamin bagusnya dalam menjalani tugasnya. Inilah yang kadang menjadi sebuah dilema besar. Pada akhirnya, memang tiada manusia yang sempurna. Pemimpin juga manusia, salah dan khilaf itupun pasti ada. Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata. Namun, harapannya di masa mendatang.
Siapapun Cabup dan Cawabup yang akan terpilih untuk menjadi bupati kudus mendatang, semoga bisa menjalankan tugasnya dengan baik dan benar serta membawa perubahan besar yang lebih baik untuk kudus khususnya. Terutama selalu mendukung kegiatan Keluarga Kudus Yogyakarta saat mempunyai kegiatan untuk merubah kudus menjadi lebih baik karena pelajar kudus siap axis dan berprestasi guna membanggakan kota kelahiran.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
OLEH HANAUFA (anak desa pinggir sawah Undaan) | YOGYAKARTA, 22 MEI 2013
OLEH HANAUFA (anak desa pinggir sawah Undaan) | YOGYAKARTA, 22 MEI 2013
0 komentar:
Posting Komentar