Bulan November 2017 adalah bulan dimana banyak buah-buah yang mulai menghiasi pinggiran jalan, seperti rambutan, mangga, dan durian. Buah-buahan ini diperjualbelikan oleh para pedagang yang umumnya adalah pedagang musiman. Pedagang musiman ini mendapatkan pasokan buah-buahan dari para tengkulak kemudian dijual di pasaran.
Di kabupaten Kudus
sendiri, utamanya Kecamatan Dawe dikenal sebagai pusat atau sentra buah-buahan
terutama buah rambutan dan durian. Saat ini di wilayah Desa Margorejo Kecamatan
Dawe banyak sekali pedagang yang mendirikan stand
untuk menjual hasil kebunnya. Pedagang di wilayah tersebut umumnya hanya
menjual hasil kebunnya, bahkan hampir setiap rumah di pinggir jalan menjual
hasil kebunnya. Ada yang menjual rambutan, ada yang menjual durian, dan ada
pula yang menjual kedua macam buah tersebut pada musimnya.
Buah-buahan yang
dijual memiliki harga yang relatif sama. Buah rambutan umumnya dijual kisaran
harga ..... satu ikatnya, sedangkan untuk buah durian dijual dengan harga
kisaran ..... . Harga penjualan tersebut tergantung pada kualitas, jenis, dan
kondisi buah yang dijual. Tidak heran jika ditemui buah rambutan atau durian
dengan harga yang sangat murah disana.
Selain dijual secara
langsung, banyak juga tengkulak yang datang untuk membeli buah-buahan disana.
Hal ini dikarenakan harga jual yang ditawarkan disana lebih murah daripada
harga jual di tempat lain.
Berangkat dari hal
inilah kawasan Desa Margorejo dan sekitarnya khususnya Kecamatan Dawe memiliki
potensi yang cukup besar dari hasil pertanian warganya. Pemerintah sudah
selayaknya memberikan perhatian khusus yang intens terhadap potensi daerah ini.
Jika kita lihat bersama, warga di wilayah Kudus bagian utara banyak yang hidup
hanya dari hasil bertani atau bercocok tanam saja. Mereka masih sangat kurang
dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi. Mereka belum mampu memanfaat IPTEK
secara maksimal. Dalam hal ini, Pemerintah Kabupaten Kudus dirasa perlu
melakukan upaya untuk memberikan wawasan pemanfaatan IPTEK atau semacamnya
kepada warga disana.
Ketika mendengar
sekarang adalah musim durian, penulis kelingan
naliko mbien nyolong duren (teringat ketika dulu mencuri durian). Pernah
suatu hari penulis bersama sahabat penulis bermain ke sawah, dulu ketika masih
berseragam putih biru penulis memang hampir setiap hari bermain ke sawah. Saat
itu tepat pada musim durian, penulis dan sahabat ngarit bareng (mencari rumput) untuk memberi makan kambing milik
sahabat penulis. Penulis dan sahabat mencari spot yang banyak rumputnya, bukan suket teki lho ya wkwkwk.
Berjalan naik turun menyusuri sungai dengan iringan kicau burung yang membuat
suasana terasa sangat menyenangkan. Namun, kini penulis menangis karena kicau
burung yang dulu mengiringi langkah penulis dan sahabat mulai sepi berkicau.
Penulis dan sahabat
terus berjalan mencari rumput, akhirnya sampailah di tempat yang penulis dan
sahabat cari. Tempat yang terdapat banyak rumput, dan tempatnya adem karena tepat di bawah pohon durian.
Di tempat itu penulis dan sahabat mulai ngarit,
sedikit demi sedikit rumput mulai terkumpul dan dimasukkan ke dalam karung.
Belum sampai karung terisi penuh, sahabat penulis mencium bau yang tak asing.
Sahabat penulis berkata “hm.. mambu duren
mateng, ayo diluru!!”. Seketika penulis dan sahabat bergegas mencari durian
yang baunya sudah kemana-mana. Kemana.. kemana.. kemana.. alamat palsu. Santai lur, ojo sepaneng xixixi. Sampai
akhirnya penulis mengetahui keberadaan sumber dari bau yang wanginya menyengat
itu. Di atas pohon durian, masih terikat tali rafia. Tanpa berpikir dan
menunggu lama, sahabat penulis pun langsung bergegas memanjat pohon dan
mengambil durian tersebut.
Akhirnya penulis dan
sahabat berhasil mendapatkan durian tersebut. Setelah durian dijatuhkan oleh
sahabat, penulis langsung memasukkan durian tersebut ke dalam karung. Penulis
dan sahabat langsung bergegas pergi dari tempat itu, dan membawa durian curian
itu ke tepi sungai sembari beristirahat.
Sesampainya di sungai,
penulis dan sahabat langsung membelah durian itu. Penulis berkata “diparo ben adil”. Ternyata rasanya enak
lur wkwkwk. Selesai menyantap hasil
curian, pencuri eh penulis dan sahabat beranjak pulang untuk memberi
makan kambing yang sudah menanti.
Keesokan harinya,
penulis merasakan ada yang tidak beres dengan perut penulis yang terasa panas
dan badan pun terasa lemas. Penulis saat itu hanya bisa terbaring di kasur
dengan memegang perut yang kesakitan. Sore harinya, penulis berinisiatif untuk
berobat ke mantri terdekat. Seketika penulis kaget, ternyata sahabat penulis
sudah duduk di kursi antrian ditemani Bapaknya. Disitu penulis tahu kalau
sahabat penulis juga sakit.
Semenjak kejadian itu,
penulis dan sahabat kapok tidak mau
mengulangi lagi mencuri buah durian sembarangan tanpa ijin pemiliknya. Lucunya
setelah kejadian itu sahabat penulis berkata “wah durene Pak Parjo iku ono santete, sesuk ojo jupuk ning kono
neh. Pindah gone Pak Nasuha ae.”
Jadi intinya, jadilah
anak yang berbakti kepada orang tua, rajin belajar, sopan santun, dan jangan
sesekali seperti penulis yang khilaf wkwkwk.
Sekian cerita ngawur yang dapat penulis celotehkan, apabila ada perkataan
yang menusuk di hati mohon dimaafkan. Wassalamu’alaikum..
0 komentar:
Posting Komentar