Searching...
Jumat, 05 Oktober 2012

SATU RAGA "JOGJA FAIR"

Pementasan di JEC Yogyakarta
Saya adalah salah satu putra Kudus diantara ratusan putra Kudus lainnya yang sedang merantau di tanah Yogyakarta ini. Banyak yang mengalami homesick luar biasa pada awal menginjakkan kaki di kota gudeg ini. Kangen pada suasana kudus yang religi (walau sudah tidak terlalu terasa di desaku) pada kebiasaan-kebiasaanya, pada bahasanya, dan yang paling utama pada makanannya, yup itu pula yang saya alami. Walau pada akhirnya saya jatuh cinta juga pada tanah ini, tanah Mataram. 

Beberapa orang yang saya kenal bahkan telah ogah pulang, lontang-lantung jadi mahasiswa abadi ato memang telah terlanjur basah dalam alur kesibukan Yogyakarta atau telah kepencut dengan manis senyum gadis Jogya. Yup demikianlah adanya, namun tetap saja, saya dan banyak teman-teman yang laen adalah putra-putra Kudus yang sedang merantau. Ada semacam kerinduan pada aroma ”rumah”, kekhasan Kudus dan dari sinilah kami guyub rukun bersama sedulur se daerah dalam wadah yang yaris saja punah yang kami sebut KKY (Keluarga Kudus Yogyakarta).

Sekilas tetang Keluarga Kudus Yogyakarta (KKY) dalam kacamataku adalah sebuah organisasi etnis yang mati suri, tak punya regenerasi yang jelas, apalagi program kerja. Itulah yang ada dalam benakku dari awal menginjakkan kaki di Yogya. KKY hanya berisi anak-anak jebolan pesantren dan sekolah-sekolah Islam laennya, cah IAIN (sekarang UIN), dan berada disana membuatku merasa tak nyaman dan berasa seperti ”produk gagal”nya Kudus saja. Dan kembali masalah transportasi membuatku sedikit terhambat untuk sering-sering kumpul dengan teman-teman. 

Sampai suatu saat seorang muda bernama Afif menghungbungi saya untuk sekedar ngobrol tentang KKY, tentang Kudus. Dia adalah mahasiswa sejarah angkatan 2007. dari situ saya tergugah dan kembali bersemangat untuk membangunkan KKY dari mati suri. Dari sana saya juga bertemu, Yuni, Mita, Anam, Amar, Ucup, Faiz, Ms. Aklis, Ms.Ropiq, Febri, Joko, dan tentu saja ms. Adon. Ms. Kancil, ms. Kiki, dan ms. Yaya... kami membahas tentang rencana buka bareng seluruh teman-teman Kudus di tanah Jogja ini. Tempatnya di Rektorat UNY, lalu Konggres, lalu kembali Undangan dari Baparda DIY untuk terlibat dalam rangkaian HUT DIY dalam Pesona Jelajah Negari, Jogya Fair 2008.

Selalu begitu, entah mengapa setiap tahun KKY selalu mendapat undangan untuk terlibat di dalam acara-acara demikian untuk mewakili Jawa Tengah. Mengapa mereka mengundang oraganisasi yang mati segan hidup tak mampu ini? Padahal masih buanyak diluaran sana perkumpulan etnis lain di daerah Jawa Tenagh yang jauh lebih eksis dan solid! Usut punya usut ya karna KKY lah atau mungkin hanya KKY yang tercatat di Badan Pariwisata Daerah Yogyakarta. Itu mengapa kita dan selalu kita yang diundang dan saya adalah ”gadis panggilan” yang dipanggil untuk memperlancar perealisasian undangan itu dari tahun ke tahun. Ya saya hanyalah gadis panggilan yang harus menanggung malu karena terkadang kami sangat kurang persiapan ketika memenuhi undangan tersebut. 

Bukan apa-apa, hanya saja kasian Kudus kalau kita yang mewakilinya tampil seada-adanya dan sedikit mekso terkadang..! Dan undangan yang pula dikabarkan kepada saya tempo hari sedikit seperti momok untuk saya. Takut barangkali nanti kembali saya dijadikan panggilan.

Hi ternyata ketakutan saya yang belum sempat saya lahirkan ini sudah terlebih dulu didengar oleh mas saya, ms. Yaya yang baru-baru ini saya ketahui bahwa berkekasih gadis belia UNY (yup seperti yang selama ini dia damba-dambakan ”gadis Yogya” haha... mas. Yaya, belia pernah bercerita pada saya bahawa belaiu ingin sekali menghidupkan kembali KKY sebelum akhirnya dia lulus dan merantau lagi di kota laen atau pulang ke tanah kelahiran. 

Sempat saya temani perjuangan beliau sampai kita menemui anggota DPRD di Kudus dan Bupati juga, yup kita pulang Kudus dengan biaya dari kantong sendiri waktu itu. Walau sampai sekarang belum terealisasi benar dana yang dijanjikan bupati itu, namun satu demi satu agenda telah kita laksanakan, buber, konggres, pentas semua dan saya, hahh apa yang bisa saya perbuat hanya 0,1 % mungkin jika dibandingkan mas2 saya tersebut.

Saya hanya menjalankan keuangan, memenuhi kebutuhan produksi mulai dari konsumsi sampai kostum lalu sudah... dan dari sana saya mendapat sebutan ”bunda” so sweet... walau pada awalnya bahkan sampai sekarang saya masih merasa geli bahkan sempat saya merasa di ”buruh” kan dan sedikit tak dianggap, ibaratnya buruh yang tak berhak menuntut apa-apa saja, (Hi Watchout! Kekuatan buruh bisa sangat mengerikan!) haha, untung saja semua berakhir indah.. dan ”Satu Raga” telah meyatukan kita...Dik putri, dik risma, dik asri, dik novi, dik lila, dik fina, dik sis, dik wafa, dik solih, dik febri, dik pay, faiz, farhan, amay, mas aklis, ms. Ulul, ms. Agus, ms. Mbendol, ms. Yaya, ms. Aza (ato gus Aza haha maaf aku tak pernah menganggil anda demikian hi kau lelaki anak pak Kiai! smile aku ngefans lho padamu tongue... dan yaya kita adalah satu raga, dan KKY dengan segala PR-PRnya SEMANGAT DAN TETAP SOLID DI RANTAU !!!

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
OLEH CINDY RIZKA AMALIA | YOGYAKARTA, 11-23 NOVEMBER 2008

8 komentar:

Top Viral mengatakan...

waOO.. super sekali..
kelingan MasDa (GusAza) dll
ada yg jadian jg, heeehee
tetep Solid Slalu

Unknown mengatakan...

makasih lek, hehe :D

Mas Bii mengatakan...

saat itu scr g sengaja q dpt jam dinding..
Lumayan

Unknown mengatakan...

emg dpt hadiah dari mana mas?

Top Viral mengatakan...

msh teringt kala itu

Unknown mengatakan...

Moga mjd kenangn indah

Mas Bii mengatakan...

dari acara sebelum pementasan, beberapa anak KKY jg dapet kok. seingetku dr BNI

Unknown mengatakan...

hihii.. gak tau e..

 
Back to top!