1. Tahap Keintiman dan Isolasi
Tahap ini
dimulai sekitar umur 20-24 tahun yaitu masa awal dewasa. perkembangan
psikososial keenam yang dialami individu selama tahun-tahun awal masa dewasa.
Jika pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok
sebayanya, maka tugas perkembangan individu pada masa ini adalah membentuk
relasi intim dengan orang lain. Menurut Erikson, keintiman tersebut biasanya
menuntut perkembangan seksual yang mengarah pada hubungan seksual dengan lawan
jenis yang dicintai. Bahaya dari tidak tercapainya keintiman selama tahap ini
adalah isolasi, yakni kecenderungan menghindari berhubungan secara intim dengan
orang lain, kecuali dalam lingkup yang amat terbatas.
Keintiman
dapat diartikan sebagai suatu kemampuan memperhatikan orang lain dan membagi
pengalaman dengan mereka. Orang yang tidak dapat mejalin hubungan intim dengan
orang lain akan terisolasi, menurut Erikson, pembentukan hubungan intim ini
merupakan tantangan utama yang dihadapi oleh orang yang memasuki masa dewasa.
Pada masa dewasa ini, orang-orang telah siap dan ingin menyatukan identitasnya
dengan orang lain. Mereka menambakan hubungan-hubungan yang intim dan akrab
dilandasi dengan persaudaraan, serta siap mengembangkan daya-daya yang
dibutuhkan untuk memenuhi komitmen sekalipun mungkin mereka harus berkorban
untuk itu. Dalam suatu studi ditunjukkan bahwa hubungan intim mempunyai
pengaruh yang besar terhadap perkembangan psikologis dan fisik seseorang,
Orang-orang yang mempunyai tempat untuk berbagi ide, perasaaan dan masalah,
mereka lebih bahagia dan lebih sehat dibandingkan dengan mereka yang tidak
memiliki tempat untuk berbagi.
Oleh sebab
itu, kecenderungan antara keintiman dan isolasi harus berjalan dengan seimbang
guna memperoleh nilai yang positif yaitu cinta. Dalam konteks teorinya, cinta
berarti kemampuan untuk mengenyampingkan segala bentuk perbedaan dan keangkuhan
lewat rasa saling membutuhkan. Wilayah cinta yang dimaksudkan disini tidak
hanya mencakup hubungan dengan kekasih namun juga hubungan dengan orang tua,
tetangga, sahabat, dan lain-lain.[1]
Tahap ini
merupakan tahap psikososial ketujuh yang dialami individu selama pertengahan
masa dewasa (dewasa madya) yaitu pada usia 30 sampai 60 tahun. Ciri utama tahap
generativitas adalah perhatian terhadap apa yang dihasilkan (keturunan,
ide-ide, dan sebagainya) serta pembentukan dan penetapan garis-garis pedoman
untuk generasi mendatang. Kepedulian seseorang terhadap pengembangan generasi
muda inilah yang diistilah oleh Erikson dengan “generativitas”. Apabila
generativitas ini lemah atau tidak diungkapkan, maka kepribadian akan mundur,
mengalami pemiskinan dan stagnasi http://blog.uin-malang.ac.id/riiva/2012/05/03/ppd-teori-perkembangan-psikososial-erikson/
- _ftn21.[2]
Masa Dewasa
(Adulthood) ditandai adanya kecenderungan generativity-stagnation. Sesuai
dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari
perkembangan segala kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup
banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat. Meskipun pengetahuan dan
kecakapan individu sangat luas, tetapi dia tidak mungkin dapat menguasai segala
macam ilmu dan kecakapan, sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas.
Untuk mengerjakan atau mencapai hal–hal tertentu ia mengalami hambatan.
Maladaptif
yang kuat akan menimbulkan sikap terlalu peduli, sehingga mereka tidak punya
waktu untuk mengurus diri sendiri. Selain itu malignansi yang ada adalah
penolakan, di mana seseorang tidak dapat berperan secara baik dalam lingkungan
kehidupannya akibat dari semua itu kehadirannya ditengah-tengah area
kehiduannya kurang mendapat sambutan yang baik.
Tahap ini
merupakan tahap kedelapan yang dialami individu selama akhir masa dewasa.
Integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang
setelah memelihara benda-benda, orang-orang, produk-produk dan ide-ide serta
setelah berhasil melakukan penyesuaian diri dengan berbagai keberhasilan dan
kegagalan dalam kehidupannya. Integritas terjadi pada tahun-tahun terakhir
kehidupannya menoleh ke belakang dan mengevaluasi apa yang telah dilakukan
dalam hidupnya selama ini, menerima dan menyesuaikan diri dengan keberhasilan,
dan kegagalan yang dialaminya, merasa aman dan tentram, serta menikmati hidup
sebagai yang berharga dan layak.
Lawan dari
integritas adalah keputus asaan tertentu dalam menghadapi perubahan-perubahan
siklus kehidupan individu, terhadap kondisi-kondisi sosial dan historis,
ditambah dengan kefanaan hidup menjelang kematian. Kondisi ini dapat
memperburuk perasaaan bahwa kehidupan ini tidak berarti, bahwa ajal sudah dekat
dan ketakutan akan kematian. Seseorang yang berhasil menangani masalah yang
timbul pada setiap tahap kehidupan sebelumnya, maka dia akan mendapatkan perasaan
yang utuh atau integritas. Sebaliknya, seseorang tua yang meninjau kembali
terhadap kehidupannya silam dengan penuh penyesalan, menilai kehidupan
sebagai suatu rangkaian hilangnya kesemapatan dan kegagalan, maka pada tahun-tahun
akhir kehidupan ini merupakan tahun-tahun yang penuh dengan keputusasaan.[3]
0 komentar:
Posting Komentar