Tugas mulia dari generasi ke generasi tidak lain adalah untuk menjaga agar organisasi ini tetap ada dan terus berinovasi dalam mengabdi
Proses mencari informasi bukanlah proses yang mudah pada waktu itu, karena alat komunikasi dan transportasi yang sangat minim, satu-satunya cara yang ditempuh adalah silaturrahim dari satu orang ke orang lainnya. Dari usaha tersebut, tim (walaupun sebenarnya tidak ada yang membentuk tetapi berdasar inisiatif sendiri untuk merelakan waktu, tenaga dan biaya untuk KKY) memutuskan untuk mengadakan Sarasehan Budaya yang tujuannya agar kegiatan tersebut dapat menarik dan mengabarkan kepada segenap orang Kudus bahwa KKY masih ada, baru setelah itu menyusun tahapan secara resmi menghidupkan KKY.
Panitia pergantian kepengurusan dibentuk, setelah kepanitiaan terbentuk muncullah kebingungan terkait yang akan diganti adalah KKY atau KKY IAIN Sukijo, karena kebetulan kedua KKY pusat dan cabang tersebut sama-sama sedang vakum. Akhirnya diputuskan untuk mereorganisasi kepengurusan KKY IAIN SUKA karena alasan; pertama, untuk reorganisasi KKY dibutuhkan koordinasi dan konsolidasi diantara pengurus KKY yang tersebar di berbagai kampus di Jogjakarta; kedua, inisiator menghidupkan KKY kebetulan mahasiswa yang kuliah di IAIN SUKA; ketiga, hilangnya momentum bangkitnya KKY jika masa itu dilewatkan karena menunggu selesainya Konsolidasi; keempat, visi agar KKY hidup dulu di IAIN SUKA untuk kemudian merambah ke kampus-kampus lainnya di seluruh Jogjakarta.
Dari proses seperti itulah pada 2003 muncul nama KKY in SUKA. Saudari Asna, terpilih menjadi ketua KKY In SUKA pertama, sejak saat itu proses rekrutmen, pelaksanaan kegiatan sudah berjalan dengan baik. Faktor ini muncul karena antusiasme teman-teman Kudus di IAIN Suka yang amat tinggi. Bisa dikatakan KKY In Suka jadi buah bibir diantara organisasi etnis lain yang juga mulai hidup kembali, karena kesolidan para anggotanya, seringnya kegiatan di lakukan, dan partisipasi aktif dalam momen-momen awal tahun penerimaan mahasiswa baru. Lapangan Utara Kampus Putih menjadi saksi bagaimana setiap hari sepanjang masa penerimaan siswa baru stand KKY in SUKA selalu ramai untuk menyambut kedatangan saudara-saudara baru, beberapa teman dari daerah lain di sekitar Kudus juga ada yang aktif dalam organisasi walaupun bukan dari Kudus, bahkan ada yang dari Lombok.
Ketua selanjutnya adalah saudara Fahrur Rozi, kalau tidak salah tahun 2005 di Kadisoka Kalasan Sleman acara kongres KKY In SUKA yang ke-2 pasca kevakumannya tersebut dilaksanakan. Pada masa ini KKY In SUKA masih memposisikan diri sebagai organisasi yang fokus untuk memberdayakan anggotanya, sebagai wadah aktualisasi diri, dan wadah berkumpul. KKY In SUKA berkibar, setiap kali ada acara peringatan HUT Kota Jogjakarta selalu menjadi wakil Jawa Tengah (sebenarnya tidak ada yang menunjuk, tetapi karena faktor keaktifan) untuk ikut berperan serta baik dalam kirab budaya, pentas seni, pameran dan seminar-seminar. Dari sinilah, rencana menghidupkan KKY lebih luas ke seluruh Jogjakarta kembali mengusik pikiran teman-teman KKY In SUKA. Namun, seiring waktu hingga terjadi suksesi ketiga yang dilaksanakan di Rumah Mas Arif Fauzi, Sambisari Sleman dan Saudara Ali Romdhon (Adon) terpilih menjadi ketua (kalo tidak salah tahun 2007), rencana tersebut belum terrealisasi.
Kepengurusan saudara Adon diamanahi untuk bagaimana membangun komunikasi dengan kampus lain di luar UIN Sunan Kalijaga (IAIN berubah menjadi UIN pada Tahun 2004) agar proses reorganisasi KKY mewakili seluruh elemen yang ada di Jogjakarta, tidak terkesan di dominasi oleh teman-teman UIN SUKA saja. Fokus kerja organisasi tersebut ternyata membawa hasil dengan sedikit demi sedikit terkumpul nomor-nomor kontak mahasiswa lintas kampus yang berasal dari Kudus di Jogjakarta. Walaupun, sebenarnya pada masa Asna dan Rozi ada beberapa mahaiswa dari kampus UGM ada nama Aina dan Ulin, UII ada Busyro, UNY ada Cindy dan UMY ada Mas Azhar, namun karena secara de jure KKY belum reorganisasi, mereka aktif sebagai anggota KKY In SUKA.
Kongres Kaliurang adalah momentum bagi reorganisasi KKY, disamping sudah waktunya pergantian di tubuh KKY In SUKA. Maka, konggres Kaliurang dijadikan sebagai proses reorganisasi KKY In SUKA sehingga ada kevakuman kepengurusan untuk kemudian dilanjutkan dengan memilih ketua baru KKY tanpa label In SUKA di belakangnya. Pada masa ini AD/ART organisasi di sempurnakan, hingga pada satu pasal tentang kapan KKY didirikan menjadi perdebatan panjang peserta kongres. Keputusan waktu itu, seingat penulis, pasal tentang berdirinya KKY belum ditentukan sampai ada penelitian dan penetapan yang benar-benar valid. Saudara Siswanto terpilih sebagai ketua KKY.
KKY In SUKA lebur manjadi keluarga besar KKY hingga pada kongres di Kudus dan saudara Yoga terpilih menjadi ketua. Cita-cita menghidupkan KKY butuh waktu lama, dari tahun 2002 sampai kira-kira tahun 2008-2009 baru bisa terwujud. Maka, tugas generasi selanjutnya untuk menjaga agar organisasi ini tetap ada dan terus berinovasi dalam mengabdi. (Maulana Ismail)
0 komentar:
Posting Komentar