Distribusi Pendapatan
Ketidak Merataan Distribusi Pendapatan
Oleh: Rasyid
Yoga Pradita
( Ketua Demisioner KKY periode 2012-2013, Mahasiswa STIE YKPN Yogyakarta dan aktifis IKPM Jawa Tengah Yogyakarta)
Penghapusan kemiskinan dan
berkembangnya ketidak merataan distribusi pendapatan merupakan inti
permasalahan pembangunan. Walau pun titik perhatian utama kita pada ketidak
merataan distribusi pendapatan dan kekayaan.
lewat pemahaman yang mendalan akan
ketidak merataan dari kemiskinan ini memberikan dasar yang baik untuk
menganalisis masalah pembangunanyang lebih kusus seperti pertumbuhan penduduk,
pengangguran, pembangunan pedesaan pendidikan, perdagangan internasional dan
sebagainya.
Cara sederhana mendeteksi masalah
distribusi poendapatan dan kemiskinan adalah dengan menggunakan kerangka
kemungkinan produksi. Untuk menggambarkan analisis tersebut produksi barang
dalam sebuah perekonomian dibagi menjadi 2 macam, pertama barang barang
kebutuhan pokok dan barang barang mewah.
Dengan menganggap bahwa produksi
sekarang terjadi paqda batas kemungkinan produksi, pertanyaan yang timbul
adalah bagaimana menentukan kombinasi antara barang – barang klebutuhan pokok
dan barang – barang mewah? Dan siapa yang menentukanya?
Dinegara yang tingkat GNP dan
pendapatan perkapitanya rendah semakin timpang distribusi pendapatan maka
permintaan agregat akan semakin di pengaruhi oleh prilaku konsumen orang –
orang kaya. Secara umum apa yang menyebabkan ketidak merataan distribusi pendapatan
di NSB Irma Aaldeman dan Chynthia Taft Morris mengemukanan 8 sebab
1.
Penambahan penduduk yang tinggi
2.
inflasi
3.
ketidak merataan pembangunan daerah
4.
investasi
5.
rendahnya mobilitas sosial
6.
kebijaksanaan distribusoi impor
7.
memburuknya nilai tukar
8.
hancurnya industri kerajinan
Distribusi
Pendapatan Perseorangan
Ukuran Distribusi Pendapatan Perseorangan
Ukuran sederhana menunjukan hubungan
antara individu dengan pendapatan total yang mereka terima. Bagaimana caranya
poendapatan itu di peroleh tidak di
perhatikan. Berapa banyakl pendapatan masing – masing pribadi. Lebih jauh lagi
sumber – sumber bersifat lokasional dan okupasional. Oleh karena itu para
ejonom dan ahli statistik lebih suka menyusun semua individu menurut tingkat
opebndapatanya yang semakin meninggi dan kemudioan membagi semua individu
kedalam kelompok yang berbeda. Metode yang umum adalah membagi kelompok ke
dalam kuintil atau desil sesuai dengan tingkat penbdapatan yang semakin tinggi
dan kemudian menentukan proporsi dari oendapatan nasional total yang dterima
oleh masing – masing kelompok tersebut.
Cara lain menganalisis distribusi
pendapatan perorangan adalah membuat kurva yang di sebut kurva lorenz.
Dinamakan kurva lorenz karena yang memperkenalkan kurva tersebut adalah Conrad
Lorenz seorang ahli statistika dari amerika serikat. Pada tahun 1905 ia
menggambartkan hubungan antara kelompok – kelompok penduduk dan pangsa
pendapatan mereka.
Kurva lorenz menunujukan hubungan
kuantitatif anatara presentase penduduk dan presentase pendapatan yang mereka
terima. Semakin jauh kurva lorenz tersebut dari garis diagonal semakin tinggi
derajat ketidak merataanyang di tunjukan.
Distribusi
Fungsional
Distribusi fungsional atau distribusi
pangsa faktor produksi menjelaskan pangsa pendapatan nasional yang diterima
oleh masing masing faktor produksi.
Teori ukuran distribusi pendapatan fungsional tersebutmenyelidiki presentase
yang diterima tenaga kerja secara keseluruhan dibnandingkan dengan presentase
dari pendapatan nasional yang terdiri dari sewa, bunga dan laba.
Konsep ini mencoba untuk menjelaskan
pendapatan suatu faktor produksi mnelalui kpontribusi faktor tersebut terhadap
produksi. Kurva penawaran dan permintaan digunakan untuk menentukan harga dari
masing – masing faktor produksi, jika harga tersebut dikalikan dengan kuantitas
yang digunakan, dengan anggapan penggunaan faktor produksi secara efisien akan
di dapatkan jumlah pembayaran dari masing – masing faktor produksi.
Menurut asumsi pasar pesaingan,
permintaan akan tenaga kerja di tentukan oleh Marginal Product dari tenaga
kerja tersebut. Tambahan pekerja akan pekerjaan sampai pada titik dimana nilai
dari Marginal Productnya sama dangan tingkat upah riil, tetapi sesuai dengan
prinsip Marginal Product yang menurun, permintaan akan tenaga kerja akan
merupakan suatu fungsi yang menurun dari jumlah yang di perkerjakan.
Distribusi
fungsional
Distribusi
fungsional atau distribusi pangsa factor produksi menjelaskan pangsa (share)
pendapatan nasional yang diterima oleh masing-masing factor produksi. Teori
ukuran distribusi pendapatan fungsional tersebut menyelidiki presentase yang
diterima tenaga kerja secara keseluruhan dibandingkan dengan presentasi dari
pendapatan nasional yang terdiri dari sewa, bunga, dan laba.
Konsep ini
mencoba untuk menjelaskan pendapatan suatu faktor produksi melalui
kontribusi faktor tersebut terhadap
produksi, kurva penawaran dan permintaan digunakan untuk menentukan harga-harga
dari masing-masing factor produksi. Jika harga-harga tersebut dikalikan dengan
kuantitas yang digunakan dengan anggapan penggunaan faktor produksi secara
efisien (biaya minimum) akan didapatkan jumlah pembayaran dari masing-masing
faktor produksi.
Menurut pasar
persaingan, permintaan akan tenaga kerja ditentukan oleh marginal product dari
tenaga kerja tersebut. Yaitu tambahan pekerja akan pekerjaan sampai pada titik
dimana nilai dari marginal productnya sama dengan tingkat upah riil. Tetapi
sesuai dengan prinsip marginal product yang menurun, permintaan akan tenaga
kerja ini akan merupakan suatu fungsi yang menurun dari jumlah yang
dipekerjakan.
Distribusi Pendapatan Di Indonesia
Ada dua
pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan pengeluaran sebagai pencerminan
pendapatan, dan pendekatan pendapatan itu sendiri.sumber data utama tentang
distribusi pendapatan di Indonesia berasl dari surfey sosial ekonomi nasional
(SUSENAS) dan hasil surfey biaya hidup di beberapa kota besar Indonesia juga
merupakan sumber data untuk perhitungan. Kedua data inilah yang umumnya
dipergunakan orang untuk menganalisis masalah distribusi pendapatan di
Indonesia. Oleh karena itu bisa dimengerti jika suatu analisis tentang distribusi
pendapatan di Indonesia seringkali bersifat perkiraan dan sangat kasar. Baik
karena datanya berserak-serak, terbatasnya kurun waktu, daerah sampel yang
berbeda dari satu periode ke periode lainnya, maupun kekurangan dari perubahan
metode yang digunakan.
Secara
khusus, pengukuran ketimpangan distribusi pendapatan dengan pendekatan
pengeluaran dilakukan oleh Dwight King dan Peter Weldon (1975)
Dari
pembahasan masalah distribusi pendapatan dimuka, kita bisa menarik beberapa
kesimpulan:
1. Semua Negara, apakah “kapitalis”, ”sosialis”, atau “cmpuran”, menunjukan
adanya ketidak merataan distribusi pendapatan. Hal ini karena kita membutuhkan
beberapa ide mengenai distribusi pendapatan yang praktis dan bisa dilaksanakan.
Dengan kata lain, dalam membuat semacam batasan atau target yang harus
dicapaioleh suatu Negara bukan untuk mencapai suatu kemerataan yang ideal
(sempurna) yang tidak bisa dilaksanakan.
2. Negara-negara sosialis biasanya mempunyai derajat ketidakmerataan yang
rendah.koefisien gininya rendah, misalnya chekoslowakia, hongaria, dan
polandia.
3. Negara-negara maju menunjukkan keadaan distribusi pendapatan yang lebih
merata daripada hamper semua NSB. Keadaan ini terutama sekali disebabkan oleh
adanya mekanisme yang efektif di Negara-negara majuuntuk mentransfer sebagian
pendapatan mereka dari si miskin terhadap si kaya. Misalnya pajak pendapatan
yang progresif, jaminan sosial, tunjangan pengangguran, penyediaan makanan
pokok,dan pembayaran-pembayaran lainnya demi kesejahteraan si miskin
0 komentar:
Posting Komentar