Searching...
Senin, 01 Desember 2014

Kemanakah Keeksotisan Kota Kudus?


Mahfudh Fauzi Konon, dulu jika menyoal tentang Kota Kudus, pasti tak luput dengan pemandangan yang asri nan indah dengan hiasan gunung yang gagah. Sebut saja gunung muria, yang menjadi salah satu ikon Kota Kudus. Bahkan, lebih dari itu menjadi sentral kehidupan masyarakat Kota Kudus. Sebab, di gunung tersebut terdapat makam pahlawan religi yang tersohor dengan sebutan Sunan Muria. Karena itu, Muria menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat untuk berziarah dan menikmati panorama alam.

Dengan kondisi seperti itu, masyarakat Kota Kudus terlebih bagi warga yang notabene dekat dengan makam Sunan Muria, memanfaatkan keadaan. Dengan mendirikan toko-toko kecil di sepanjang jalan menuju tempat perziarahan. Secara tidak langsung, kondisi tersebut mampu mengangkat ekonomi warga.
Wajar jika gunung muria menjadi magnet bagi masyarakat. Sebab di sisi lain, dilihat dari konteks panorama alam, ramahnya lingkungan, serta sejuknya udara pegunungan yang terasa masih natural, dapat “membius” pengunjung. 

Namun, yang tak kalah penting adalah eksistensi gunung muria bagi masyarakat dalam hal kelangsungan hidup. Yaitu dengan sumber mata airnya. Mustahil jika hidup tanpa air. Ibarat sebuah raga, air berposisi sebagi nyawanya. Raga tanpa nyawa, tentu tidak dapat berbuat apa-apa. Begitupun sebaliknya. Jadi, eksistensi air bagi warga sangatlah vital.

Diakui, memang air merupakan kebutuhan vital bagi manusia. Bahkan, seluruh makhluk hidup juga berketergantungan dengan air. Tanpa disadari pula, menurut bapak filsafat (Thales) mengungkapkan, bahwa seluruh alam semesta ini terbuat dari air.

Dengan adanya sumber air gunung muria, warga Kota Kudus memang sangat diuntungkan. Sebab, dalam menjalankan roda kehidupan pasti tak lepas dengan air. Karena itu, Masalah perairan warga dapat teratasi secara sistematis. Sehingga, kemaslahatan masyarakat Kota Kudus tercipta secara sistematis pula. Tidak dapat dibayangkan jika tidak ada sumber air di gunung kebanggaan Kota Kudus tersebut.

Sangat disayangkan, realita sekarang berkata lain. Potret keeksotisan Kota Kudus tidak secantik dulu. Jika dipandang dengan konteks kekinian, Kudus tak ubahnya dengan Kota lain. Yang termarginalkan oleh gemerlapnya perkembangan zaman.

Optimalisasi SDA dan SDM
Melihat kondisi sumber daya alam yang cukup menakjubkan, serta menelisik kondisi sumber daya manusia yang mayoritas terpelajar. Sangat memungkinkan jika Kudus menjadi salah satu kota terkemuka di Indonesia. hal ini terbukti dengan adanya berbagai industri yang sudah go international.

Jika dirasionalkan, mengingat kalkulasi jumlah industri di Kudus, pasti dapat dijustis bahwa SDA telah termarginalkan. Hal ini terbukti dengan kondisi alam Kota Kudus. Terutama gunung muria, yang secara tidak langsung berdampak pada sumber mata air gunung tersebut. Sebab, menurut hasil survey beberapa sumber mata air gunung muria sempat mengering. Asumsi tersebut benar adanya.

Dengan demikian, sangat memprihatinkan jika sumber mata air mengering. Namun, bagi warga Kudus sendiri perlu intropeksi diri. Disini hukum kausalitas berlaku. Dimana ada akibat,  pasti tidak lepas dari penyebab. Jika sumber mata air yang menjadi sumber penghidupan bagi warga mengering, tentu wajar jika kondisi alamnya perlu dipertanyakan. 

Pada dasarnya kekeringan tersebut diakibatkan oleh penggundulan hutan di gunung muria. Sehingga, wajar jika sumber mata air  mengering. Bahkan, debitnya mengurang hampir 50%. Memang kekeringan tersebut terjadi ketika musim kemarau. Namun, ironis jika sebuah mata air di pergunungan justru mengering. (Suara Merdeka, 03/08/12)

Oleh karena itu, dari pihak pemerintah harus bertindak cepat dan tepat untuk mengatasi hal ini. Normalisasi sumber mata air, serta reboisasi hutan gunung muria harus segera dilakukan. Sebab, berbicara tentang sumber mata air, hal tersebut merupakan investasi masa kini dan masa mendatang.

Jika dibiarkan, kehidupan masa mendatang terancam. Sangat memungkinkan jika suatu saat bencana besar ”menyapa”. Baik dari faktor kekeringan, atau longsor akibat gundulnya hutan   gunung muria. Padahal, jika ditela’ah lebih dalam, Kota Kudus sangat istimewa. Bahkan, jika predikat “gemah ripah loh jinawi” diterapkan terhadap Kota Kudus,  sangatlah pantas.

Hal tersebut dipandang dari segi kondisi SDA dan SDM yang mumpuni, letak geografis yang strategis, eksistensi industri besar, serta berbagai objek wisata, baik yang berbaur religi, kuliner, maupun yang hanya sebatas objek wisata. Sesungguhnya, Kota Kudus mampu go international dari segi keseluruhan, tidak hanya dipandang dari sektor perindustrian.

Untuk merealisasikan hal tersebut memang tak semudah mengedipkan bola mata. Butuh langkah riil yang berskala, sistematis dan terorganisir, tanpa adanya unsur proyek semata. Pengoptimalan SDA dan SDM merupakan hal terpenting yang harus diutamakan. Sehingga, dengan bermodal keeksitisannya, jika Kota Kudus dinobatkan sebagai Kota Asri sangat lah memungkinkan. Semoga! Wallahu a’lam bi al-shawwab.


Mahfudh Fauzi, 
Pemerhati lingkungan, Aktifis KKS dan Anggota TAML 'Temu Anak Mitra Lingkungan' Kota Kudus Tahun 2011

0 komentar:

 
Back to top!